Rumah Menghadap Ke Selatan

Sepertinya musim hujan sudah berakhir dan siap-siap menghadapi kemarau. Aman buat mereka yang berada di daerah rawan banjir.

Rumah kami menghadap ke selatan dan ini memang benar-benar memberikan berkah bagi kami. Tapi bukan berarti yang menghadap selain ke selatan ga berkah lho ya. Tapi banyak manfaat alam yang kami peroleh lho. Saat musim penghujan matahari berada di belahan selatan bumi, sedangkan kalau musim kemarau, matahari berada di belahan utara bumi. Apa sih keuntungan yang kami peroleh?

Kalau pas musim penghujan, secara kami yang menjemur baju di halaman depan rumah, keadaan ini membuat baju lebih cepat kering karena posisi matahari yang berada di belahan bumi selatan. Sinar matahari dengan leluasa menerobos sampai ke halaman dan mengeringkan jemuran kami. Kebetulan depan rumah kami tidak ada bangunan, tetapi masih berupa kebun ketela dan pohon jati. Biasanya mendung dan hujan dimulai saat tengah hari, sehingga setidaknya sebagian baju kami sudah kering dan tinggal diangin-anginkan di jemuran dalam rumah.

Nah beda kalau musim kemarau. Matahari di belahan bumi utara, sehingga kalau menjemur di depan rumah pasti hanya sebagian yang terkena panas matahari. Tetapi didukung dengan angin yang semilir bebas dari arah selatan plus keringnya udara, jemuran tetap kering, karena bisa dijemur seharian tanpa takut turun hujan. Selain itu, halaman depan rumah juga menjadi lebih sejuk dan tidak panas, karena tertutup oleh bayang-bayang bangunan rumah. Sehingga Nisa tidak masalah jika mau main tanah atau tanaman 😀

Akhir-akhir ini angin juga sudah berhembus semilir dan sejuk. Pohon-pohon jati dan tanaman di kebun seberang jalan membuat suasana yang lebih alami. Ditambah lagi jika ada tetangga desa lain yang sedang punya hajat. Siang-siang, sepi, angin semilir, dengerin klonengan atau gending jawa.

Wah-wah.. ndeso banget. Biar saja. Tetapi kami semua menyukainya..

Bapak saya bercerita bahwa orang-orang tua dulu kalau bangun rumah juga menghadap ke selatan, walaupun harus membelakangi jalan. Alasannya juga karena posisi matahari saat musim hujan dan musim kemarau. Rumah orang tua saya juga menghadap ke selatan..

Mungkin semua itu juga kebetulan karena tidak mungkin menghadap ke arah yang lain.. 😀

Menghadap kemanakah rumah Anda?

Ditulis dalam Daily, H20. Leave a Comment »

Di Atas Sajadah Cinta

Beberapa hari yang lalu istri saya memperoleh bingkisan dari seorang mahasiswa sebagai ucapan terima kasih karena telah menjadi rater untuk skripsinya. Skripsi mahasiswa ini membahas tentang penerjemahan nama kota dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Misalnya: Mumbay menjadi Bombay, dan sebagainya.

Kembali ke bingkisan, ternyata isinya buku berjudul “Di Atas Sajadah Cinta” dan jilbab. Alhamdulillah..

Buku ini merupakan tulisan dari Habiburrahman El Shirazy dan diterbitkan oleh Pustaka Republika. Judul bukunya diambil dari cerita pertama.

Cerita berjudul “Di Atas Sajadah Cinta” bisa anda baca di situs CeritaCinta.Net.

Saya baru selesai pada cerita nomer 5. Nisa kalau melihat saya membaca, juga ikut-ikut pegang bukunya yang berisi pengenalan huruf. 😀

Buku ini layak untuk dibaca, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga.

PS: Kalau ada yang butuh rater berkaitan dengan penerjemahan silahkan hubungi saya ya.. 😀