4th Kentingan Physics Forum

4th Kentingan Physics Forum will be held in Solo, July 28, 2007. This event will focus on Renewable Energy Development.

As written on their website:

Kentingan Physics Forum is a biannual conference on Physics and Its Application. 4th KPF will be held in Surakarta, Indonesia in July 28, 2007, focus on Renewable Energy Development. This conference provides a forum for the Indonesian and international community to meet and discuss topics related to renewable energy development. In addition the conference attempts to reformulate the direction of energy development in Indonesia.

The conference focuses on both renewable energy development and applied for energy. The conference will cover Material Physics, Electronics and Optical Devices, Applied Acoustics and Vibration, Applied Geophysics, Environmental Physics, Medical Physics and Computational Physics. We are welcome to accept other topics related to renewable energy.

More information about this event can be found at http://fisika.uns.ac.id/kpf04.

Ditulis dalam Daily, UNS. 23 Comments »

Statistik Yang Aneh Di WordPress

Barusan lihat statistik blog ini.. ada yang aneh dari biasanya..

Setelahnya saya check lagi, dan masih seperti itu.

Barusan saya check sudah pulih seperti semula..

Statistik yang aneh..

Ditulis dalam Daily. Leave a Comment »

Bagi Saya, Keluarga Itu Prioritas Utama

Ketika saya masuk ke perusahaan saya bekerja sekarang, yang saya sampaikan pertama kali sebelum negosiasi gaji adalah: “Saya tidak bekerja overtime”.. dan alhamdulillah diterima 😀

Bagi pekerja seperti saya yang bekerja Senin-Jumat jam 08.00-17.00 dan Sabtu jam 08.00-12.00 praktis waktu yang tersedia untuk keluarga hanya sedikit sekali. Katakanlah saya tidur jam 22 dan bangun jam 04.30, maka waktu yang tersedia kasarannya hanyalah 5 + 3.5 jam, kecuali hari Sabtu yang masuk setengah hari. Itupun juga diisi dengan aktifitas rutin seperti mandi dan melakukan beberapa pekerjaan rumah lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana sedikitnya waktu buat berkumpul bersama keluarga.

Saya merasakan banyak waktu bersama dengan istri saat kemarin menjalani perawatan di PKU pasca operasi sesar. Alhamdulillah kami dikaruniai putri pertama yang cantik dan sehat. Saya mengambil cuti 4 hari dengan persetujuan langsung dari Pimpinan, walaupun HRD tidak menyetujui. Saya nekat? Iya. Pimpinan memang menyarankan saya untuk ambil cuti karena itu adalah hak saya. Kata HRD sih, yang melahirkan kan istri saya, bukan saya, jadi ga bisa ambil cuti.. WTF.. Saya kan mengambil hak saya. Bukan mencuri.

Saya tidak habis pikir dengan alasan konyol itu. Membuat saya termangu cukup lama. What so ever.. Pimpinan sudah setuju, ya saya nikmati saja cuti saya. Tapi saya masih mikirin juga dan jadi bertanya dalam hati. Bagaimana jika istrinya melahirkan? Apakah akan ditinggal begitu saja? Ups.. itu sudah urusannya dia, bukan area saya.. So.. silahkan saja..

Keluarga bagi saya merupakan prioritas utama, alasannya singkat dan jelas. Kalau kehidupan keluarga/rumah tangga baik, tentu saya bisa fokus ke pekerjaan, sebaliknya kalau tidak, di tempat kerja ga bakalan bisa konsen, pekerjaan ga selesai..

Apakah keluarga juga menjadi prioritas utama Anda juga?

Jika Telah Sesar, Persalinan Berikutnya Tidak Bisa Dipacu

Lepas Maghrib hari Kamis (22/02/2007) kemarin, dengan berat hati saya dan istri harus meninggalkan Nisa di rumah (dititipkan ke kakek-neneknya), karena kami harus pergi ke dokter Sulis untuk kontrol jahitan istri saya karena operasi sesar saat melahirkan Nisa. Untuk jaga-jaga, istri sudah memeras ASI dan dimasukkan ke botol agar bisa diminumkan kalau nanti Nisa bangun. Dapat giliran sekitar jam 19.00, tapi kami memilih untuk terlambat, biar tidak menungu lama. Di tempat praktek dokter Sulis, yang daftar duluan dapat prioritas duluan.

Sepanjang jalan yang dipikiran kami cuma Nisa. Kuatir kalau dia bangun atau menangis karena haus. Perjalanan yang biasanya cepat jadi terasa lama bagi kami. Setelah sampai di dokter Sulis, ternyata kami harus menunggu dua giliran lagi. Tensi istri 145/100 dan berat badan turun 7 kg. Tensi ini mungkin disebabkan karena istri saya kurang tidur karena per-dua jam sekali harus menyusui Nisa.

Tiba giliran kami dan ketemu dengan dokter Sulis, yang katanya sedang terburu-buru karena akan segera PKU untuk membantu persalinan. Istri saya tiduran di bed periksa untuk mengganti perban dan melihat perkembangan jahitan. Oleh dokter Sulis, saya dipanggil dan ditunjukkan jahitan yang melintang di bawah pusar. Wah, panjang juga ya. Tetapi jahitannya terlihat seperti sayatan saja. Tidak seperti jahitan yang konvensional. Kata dokter Sulis, nanti kalau sudah kering, terlihatnya hanya seperti garis saja. Tidak terlihat seperti bekas jahitan. Beliau tidak tega kalau pakai yang konvensional, karena hasilnya jelek sekali.

Setelah selesai diganti, kami duduk di depan meja kerja beliau dan saya menanyakan sampai berapa kali seorang ibu bisa melahirkan secara sesar. Beliau menjawab bahwa seorang ibu bisa menjalani operasi sesar sampai 4 kali, dan jaraknya minimal 2 tahun antar kehamilan. . Jahitan tidak akan kuat jika dipacu. Jika dipaksa, bisa sobek jahitannya.

Ibu yang sudah  pernah menjalani operasi sesar, proses persalinan
berikutnya haruslah normal tanpa dipacu atau melalui operasi sesar lagi.

Nah karena istri sudah pernah operasi sesar, berikutnya harus normal tanpa dipacu atau sesar lagi.

Selesai. Kami kembali ke rumah di bawah gerimis yang mengguyur kota Solo. Perjalanan pulang terasa lama. Sampai di rumah ternyata Nisa masih bobo, tapi sempat bangun dan tidak mau disusui lewat botol. Wah, kasihan ya. Si Ibu segera menyusui si kecil setelah sebelumnya cuci tangan dan kaki. Kembali saya bersyukur atas Nisa yang sudah pinter minumnya..

Semoga informasi ini bermanfaat yah..

Ditulis dalam Daily, Pregnancy. 1 Comment »

Bukan Urusan Saya Jika Tidak Punya Kembalian

Saya jarang sekali membeli pulsa dalam nominal besar, biasanya saya hanya membeli yang 10ribuan. Cukup untuk 1 pekan dan sebagian besar saya habiskan untuk kangen-kangenan dengan istri saya. hehehehe 😀
Kecuali kemarin pas menjelang kelahiran Nisa, saya pinjem dulu pulsa 50+25 ribu dari rekan saya (Yanto) yang mengelola bisnis pulsa di Sragen.

Beberapa hari yang lalu, saat jam istirahat kantor, saya membeli
voucher isi ulang di counter HP bernama Paris Phone. Tidak jauh dari
kantor, dan saya sudah beberapa kali membeli di sana.

Saya (S)    : “Mbak, pulsa Fren 10ribu”
Penjual (P): “Iya Pak, ini.”

Dia memberikan voucher kepada saya dan saya berikan pecahan 100ribu, karena memang hanya itu yang ada di dompet.

P: “Uang yang kecil tidak ada Pak? Saya tidak punya kembalian tuh?”
S: “Ya ditukerin ke warung sebelah dong mbak!”
P: “Bapak tukerin dulu aja Pak”
S: “Berarti kalo gitu ga jadi aja mbak!!!”
P: “Iya Pak, ga apa-apa”

Wtf?.. Wah saya sudah mulai sebel dengan penjual yang kayak gini. Pas saat itu, saya lihat di etalase ada pecahan 100 ribu yang ditulisi.. “Ini Palsu”. Wah.. apa gara-gara ini ya?

Ya sudah, saya langsung ambil duit saya lagi, terus saat menuju ke motor, saya bilang ke penjual:

S: “Kalau saya beli 2, ada kembaliannya?”
P: “Sebentar.. Oh ada Pak”

Hehehehe.. berarti bukan karena uang saya dong.. Langsung saya balik lagi dan bilang ke penjualnya:

S: “Apa saya harus beli 2 supaya dapat kembalian? Saya kan cuma butuh satu. Bukan dua.”
P: “Kalau 1, kembaliannya receh gapapa Pak?”
S: “Ya gapapa. Nah.. ada kan?”
P: “Ini Pak pulsanya, ini kembaliannya”

Ya saya terima kembaliannya 93 ribu rupiah dalam format 50ribu, 20 ribu, 10 ribu dan seribuan 13 lembar..

Ya saya terima kembaliannya 87 ribu rupiah dalam format 50ribu, 20 ribu, 5 ribu, dan seribuan 12 lembar..

Thanks Yanto atas koreksinya

Hehehehe…

Saya tidak suka dengan penjual yang meminta pembelinya untuk menukarkan uang dulu baru bisa membeli barang yang mereka jual. Bukan urusan saya kalau mereka tidak punya kembalian. Uang kembalian adalah hal yang umum dalam transaksi jual-beli langsung. Mungkin pembeli yang lain memilih untuk menukarkan uang terlebih dulu, baru membeli. Tetapi tidak bagi saya. Mending cari toko lain.. 😀

Saya juga pernah menemui penjual yang dengan senang hati menukarkan uang untuk memberikan kembalian kepada saya, apalagi kalau itu warung makan.. 😀 .. pasti sama pembelinya dibela-belain nyari kembalian. Mosok ga jadi beli.. lha sudah dimakan atau dimasak..

Bagaimana sikap Anda jika menghadapi keadaan seperti ini? Cari kembalian atau cari toko lain?

Kronologi Lahirnya Nisa

Sesuai janji saya pada posting sebelumnya tentang berita kelahiran putri pertama saya (Khairunnisa Arelli Putri), berikut kronologi lahirnya Nisa.

Berhubung sudah lewat dari HPL (Senin -12 Februari 2007), maka Selasa 13 Februari 2007, kami pergi ke dokter Sulis untuk memeriksakan kehamilan istri. Saat periksa sebelumnya, memang sudah diberi pesan kalau sudah HPL dan belum lahir memang diminta untuk kembali dan memeriksakan apakah air ketuban masih cukup untuk menunggu 3-7 hari.

Kami berpapasan dengan dokter Sulis di halaman tempat praktenya, dan katanya beliau mau ke PKU dulu untuk membantu pasiennya yang melahirkan. Ya sudah, kami menunggu sekitar 1 jam sampai beliau kembali. Selama menunggu itu, si bayi di dalam perut terus menerus bergerak dan terasa kencang dan sakit. Tiba giliran istri saya.

21.00

Dokter Sulis menyapa kami dan bilang.. “Lho kok belum lahir? Temen-temennya sudah lho. Saya tunggu-tunggu. Mari saya lihat dulu”.
Dan inilah saat yang tidak kami duga sebelumnya, walaupun kami punya feeling kalau si bayi akan lahir pada malam itu. Layar USG menunjukkan bahwa air ketuban sudah menipis, dan hanya cukup sampai Rabu pagi. Karena tekanan darah istri tinggi 100/140 dan ada gejala Pre-Eklampsia dibarengi dengan sedikitnya air ketuban, maka proses kelahiran tidak bisa dilakukan dengan normal, walaupun dipacu. Dokter menyarankan agar dioperasi sesar malam itu juga atau Rabu pagi jam 08.00. Istri saya bertanya tentang akibat yang terjadi oleh pre-eklampsia. Tangisnya pecah setelah mendengar bahwa pre-eklampsia dapat menyebabkan ibu kejang-kejang dan bayi meninggal. Untungnya dokter Sulis cukup sabar dan memberikan dukungan bahwa bayi bisa dilahirkan dengan cara Sesar. Dokter menyarankan agar kami segera ke PKU agar si bayi dan ibu bisa diobservasi dan dilakukan uji lab.

21.30 – 24.00

Kami tiba di PKU. Kebetulan jaraknya dari tempat dokter Sulis tidak jauh. Kurang dari 10 menit sudah sampai. Saya melihat raut kesedihan dan rasa was-was pada istri saya, dan tidak hentinya saya minta dia berdoa semoga Alloh memberikan kemudahan dan keselamatan kepada dia dan si bayi.

Kami menuju ruang bersalin dan memberikan kartu periksa kami ke perawat jaga yang ada di sana. Ruang bersalin sepi sekali. Tidak ada satupun ibu yang ingin melahirkan kecuali istri saya. Oleh perawat kami diminta menuju ke Lab untuk pengambilan sampel darah dan urin istri saya. Setelah pengambilan sampel, kami baru menuju ke wartel (saat itu kedua nomor hp kami memasuki masa tenggang) dan menghubungi orang tua kami untuk mengabarkan bahwa kami berada di PKU dan bayi akan dilahirkan secara sesar. Kami tidak ingin membuat panik orang tua dan mengatakan bahwa pelaksanaan operasi akan dilakukan berdasarkan hasil uji Lab dan kondisi bayi. Saya menghubungi rekan yang jualan pulsa untuk mentransfer sejumlah pulsa ke nomor saya. Thanks Yanto, bayarnya ntar dulu ya. Kurang dari 1 menit sejak saya menutup telpon, pulsa sudah masuk. Sehingga kami bisa keep in touch dengan orang tua di rumah.

Kami kembali ke Lab dan petugas Lab menyodorkan print-out biaya uji lab dan meminta kami membayarnya di kasir. Kami ke kasir dan langsung bilang kalau kami tidak bisa membayar saat itu, karena kami ke PKU hanya membawa sisa uang periksa. Kasir menanyakan apakah akan opname atau tidak. Saya jawab kalau akan opname karena malam itu harus sudah diobservasi di ruang bersalin. Oleh kasir, kami diminta kembali ke Lab dan bilang kalau akan opname. Di Lab, oleh petugasnya kami diberi jelaskan bahwa hasil uji lab bagus dan diminta membawa hasilnya dan menyerahkannya ke kamar bersalin.

Ternyata perawat jaga di kamar bersalin sudah menerima informasi bahwa istri akan opname. Istri langsung diminta masuk ke kamar bersalin dan saya diminta mengurus pendaftaran rawat inap. Untung istri saya sudah menyiapkan KTP-nya di dompet saya jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga saya tidak bingung saat mengisi data dan nomor KTP. Yang bikin bingung adalah menentukan pilihan kelas kamar. Ada SVIP, VIP, Kelas I, II, dan III. Saya menanyakan apakah bisa menentukan kelas kamarnya belakangan, katanya tidak bisa. Saya telpon ke mertua dan menanyakan pilih kelas yang mana. Ternyata orang tua menyerahkan ke saya dan saya pilih kelas III. Si petugas pendaftaran bilang, kalau pelayanan dan perlakukan terhadap pasien tidak dibeda-bedakan menurut kelas. Yang beda justru malah biayanya. Jadi mau VIP atau kelas III, treatment-nya sama, cuma biaya treatment-ya yang beda. Ini yang saya suka.

Selang bentar istri nyusul dan bilang kalau detak jantung bayi normal dan diminta puasa. Ya sudah, kami kembali ke ruang bersalin dan menyerahkan berkas pendaftaran. Perawat menginformasikan bahwa operasi dilakukan Rabu pagi jam 08.00. Di ruang bersalin ada beberapa dokumen yang harus saya tanda tangani, saya tidak ingat dengan jelas kecuali satu, yaitu pernyataan menyerahkan penanganan persalinan ke PKU. Bismillah dan saya tanda tangani semua. Perawat memberikan kartu periksa PKU dan tas berisi peralatan mandi: washlap, sikat gigi, sisir, sabun dan odol. Setelah itu kami minta ijin untuk keluar mencari makan, karena istri harus sudah puasa mulai jam 12 malam. Saya menelpon mertua dan menyampaikan bahwa operasi dipastikan Rabu pagi jam 08.00 dan kalau beliau mau ke PKU, saya nitip tas berisi baju yang sudah kami siapkan jauh-jauh hari supaya dibawakan sekalian.

Jam segitu nyari warung buka agak susah, yang ada hanya warung nasi goreng (yang meragukan) dan sate madura tipe kapal. Kami beli es teh di warung nasi goreng, tapi makannya sate ayam di pinggir jalan. Eh kami ketemu dengan seorang bapak yang istrinya baru saja melahirkan, dan ternyata istrinyalah yang dibantu oleh dokter Sulis. Istrinya melahirkan normal tapi dengan dipacu terlebih dulu.
Melihat ke jalan, ternyata mertua lewat naik motor, saya lambaikan tangan dan setelah parkir, mereka langsung menuju ke tempat kami makan sate. Sayang sekali saat mau pesan lagi, ternyata satenya sudah habis, tinggal lontong.

Sudah hampir jam 12 malam, saatnya istri kembali ke ruang bersalin, istirahat, dan berpuasa. Setelah istri dipasangi gelang pasien, bayi kembali dipantu detak jantungnya dan istri diminta mencatat jumlah gerakan bayi dengan cara menekan tombol yang terhubung dengan alat pemantau detak jantung bayi. Alat ini sepertinya berbasis USG, tapi result-nya dalam bentuk suara. Sehingga detak jantung bayi kedengeran dengan jelas, seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kuda berlari di jalan aspal. Denyut jantung bayi normal, ibu juga normal, tapi tensi masih tinggi. Saatnya untuk si ibu beristirahat. Istri tidur di atas, saya tidur di lantai beralaskan selimut dan jarik. Ruangannya ber-AC, jadi dingin sekali ditambah hanya ada kami berdua di tempat ruangan itu.

03.00

Istri dibangunkan oleh perawat untuk memantau detak jantung bayi. Alhamdulillah masih normal, sehingga jadwal operasi tetap seperti semula.

04.45

Setelah shubuh berjamaah, istri kemudian mandi, dan terus dipasangi infus. Anting dan kalung dilepas semua.

06.30 – 08.35

Mertua saya sudah datang. Saya ijin sarapan dulu, supaya ntar kalo musti nemeni saat operasi biar ga lapar. Saya makan di Bakso Kadipolo di depan PKU, baru makan bentar, istri saya bilang kalau dia sudah mau dibawa ke ruang bedah. Ya sudah, saya langsung saja kembali ke ruang bersalin dan ternyata sudah hampir dibawa.

Setelah masuk ke ruang bedah, saya tanyakan apakah saya boleh menemaninya. Perawat bilang kalau saya boleh menemaninya, tapi saya diminta menunggu dulu di luar. Ternyata ada 4 ibu yang akan menjalani operasi Sesar pagi itu. 2 orang sesar untuk anak pertama, 1 orang sesar untuk anak ke dua, satu orang sesar untuk ketiga kalinya. Istri saya giliran nomor dua.

Saya dipanggil masuk dan mendapati istri saya sudah siap dengan pakaian operasi. Ada seorang staff yang memberikan buku tuntunan doa kepada saya, dan kemudian mengajak kami berdoa bersama. Setelah itu saya diminta keluar lagi. Tapi sebelumnya saya berpesan ke istri, kalau nanti sudah mau dioperasi supaya bilang ke dokter minta ditemani suami.

Saya dan mertua menunggu di luar ruang bedah dengan cemas. Walaupun kami sudah pasrah kepada Alloh dan terus berdoa agar semuanya berjalan lancar.

Sekitar jam 8-an, ada perawat mendorong kereta bayi masuk ke dalam ruang bedah. Wah bayi siapa yang keluar duluan. Ternyata bukan bayi saya. Menunggu lagi..

Dan kembali ada perawat mendorong kereta bayi.

08.35

Pintu dibuka. “Suami nyonya Ellisa!”
Ada kereta bayi di dorong keluar dari ruang bedah. Di dalamnya ada bayi yang di dahinya masih ada selaput lemak. Di kereta ada tulisan: Ny. Ellisa Indriyani P / Arief Fajar N ByNy.
Wah ini bayi saya. Alhamdulillah dia sudah lahir. Tapi belum dibersihkan.
Oleh perawat dengan tergesa-gesa bayi didorong ke ruang PICU/NICU di lantai atas dan saya diminta menyertainya. Sampai di sana, saya disuruh duduk di ruang tunggu sementara bayi dibersihkan. Kemudian saya dipanggil masuk sambil dijelaskan tentang kondisi fisik bayi, yaitu berat-badan, panjang dan jenis kelamin.

BB       : 2800 gr
Panjang: 50 cm
Jenis kelamin: Perempuan … tepat seperti hasil USG..
Lahir   : 08.25

Setelah menandatangani beberapa dokumen dan surat penanggung biaya perawatan, kemudian saya meng-adzani dan meng-iqomati si bayi. Tercekat tenggorokan saya saat itu. Dada sesak pingin menangis. Mata sudah berka-kaca. Subhanalloh. Alhamdulillah. Inilah tanda kebesaran Alloh.
Hal yang akan saya ingat sepanjang hidup saya adalah saat si bayi menoleh ke arah saya dan matanya berkedip-kedip saat mendengar suara adzan saya. Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam..

Setelah mendengarkan pengarahan dari perawat dan menerima lembar bon obat, saya keluar dari ruangan dan tak henti-hentinya bersyukur. Saya menemui mertua saya dan saya bilang kalau saya mau ke apotik dulu ambil obat. Ternyata mertua saya malah meminta saya duduk menunggu istri saya keluar dari ruang bedah, dan beliau yang mengantri di apotik. Terima kasih Pak.

Saya dipersilahkan masuk ke ruang recovery, karena tidak dibius total, istri saya masih tampak ceria. Saya cium dan saya ucapkan terima kasih atas perjuangannya. Saya bilang kalau bayinya cantik seperti ibunya.

Istri saya keluar dari ruang bedah sekitar jam 12.00 dan segera dibawa ke ruang Annisa PKU Muhammadiyah Solo.

Saya biarkan istri saya beristirahat. Masih sakit karena jahitan. Tinggal nunggu pulih.

Oh ya, bayi dan ibu dipisahkan dulu perawatannya. Istri saya ketemu dengan bayinya baru pada hari Jumat, atau 2 hari setelah melahirkan. Padahal ingin sekali dia bisa melihat, mencium dan menyusui. Alhamdulillah ASI-nya lancar.

Nah itulah kronologi lahirnya Nisa. Doakan ya semoga menjadi wanita yang sholehah. Amin.

Posting-posting berikutnya bakalan tidak jauh-jauh dari Nisa. Mungkin tagline blog ini juga akan saya ganti 😀

Terima kasih sudah membaca dan berkomentar.


Dijajah Belanda: 350 Tahun – Mother Tongue: Bahasa Jawa – Second Language: Bahasa Indonesia – Ga Ngerti Bahasa Belanda

“So your second language must be Dutch?”, tanya seorang buyer kepada saya saat sedang dalam perjalanan menuju pabrik. “No sir. Our second language is English”, jawab saya. Belakangan saya ketahui dari istri saya kalau jawaban saya salah. Seharusnya jawaban saya adalah “Bahasa Indonesia”.

Mungkin si mister yang asli dari Inggris ini mengira kalau bekas jajahan “londo” (baca: Belanda) selama 350 tahun pasti fasih berbahasa Belanda, padahal tidak. Beda dengan India, Singapura dan Malaysia yang dijajah londo Inggris. Sebagian besar bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Tapi Malaysia sepertinya ingin kembali ke bahasa Melayu dengan menerjemahkan “Mouse” (dalam konteks komputer) menjadi “tetikus”, atau “Plug and Play” dengan “tusuk dan mainkan” hehehehe 😀

Ups. Jangan berkecil hati dulu. Orang Indonesia termasuk orang yang bisa berbicara dalam Multi-Lingual. Bahasa yang umumnya dikuasai adalah:

  1. Bahasa Suku, misalnya Jawa (belum termasuk turunannya: Ngoko, Krama, Madya, dll)
  2. Bahasa Nasional, yaitu Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Asing, umumnya Bahasa Inggris. Kalau sudah bisa berbicara dengan bahasa di nomor 3, sudah dikatakan sebagai Multi-Lingual speaker, bukan lagi Bilingual.

Kenapa ya kok Bahasa Belanda tidak bisa kita warisi? Bisa jadi karena:

  1. Dulu justru penjajah Belanda yang belajar bahasa Indonesia untuk mengambil hati rakyat Indonesia. Contohnya ada di sini (tidak serius).
  2. Hanya orang tertentu yang bisa mempelajari Bahasa Belanda karena tugas belajar, misalnya di sekolahkan oleh Belanda, atau sekolah di sekolah Belanda.
  3. Karena hanya orang tertentu yang menikah dengan meneer Belanda, atau anaknya meneer. Atau mungkin karena jamu Nyonya Meneer. 😀
  4. Semangat nasionalisme yang tinggi, sehingga memilih mengajarkan bahasa Indonesia, daripada bahasa Belanda.
  5. … ada yang mau nambah?

Waktu pameran di Jogja, ada buyer dari Belanda yang bertransaksi dengan saya. Melihat istri saya yang sedang hamil, Mr. Hoob Van Son ini menuliskan sebuah pesan di buku catatan kami, yang berisi ucapan selamat atas kehamilan. Pesannya ditulis dalam bahasa Inggris yang salah dalam ejaan tapi understandable..

Bagaimana dengan Anda? Bilingual atau Multi-Lingual?

Monopoly

Masih inget dengan mainan monopoli kan?

Sudah 3 hari ini, saya dan istri kecanduan main monopoly. So addicted. Mulai dari musuh yang levelnya Beginner, Intermediate sampai Advance sudah dilalui. Ya sesekali kalah sih, tapi banyakan menangnya. 😀

Contohnya, ini nih..

Oh ya, kami juga punya versi mobile-nya. Ada di Nokia 3105 kami.. hehehehe 😉

Ditulis dalam Daily. Leave a Comment »