Sebagaimana sholat yang diwajibkan bagi umat-Nya, sabar juga berlaku demikian.
Begitulah kira-kira kutipan dari sebuah buku berjudul “Bahan Renungan Kalbu – Ir. Permadi Alibasyah”. Saya diingatkan kembali tulisan di buku tersebut oleh acara “Tafsir Al Misbah” yang disiarkan di Metro TV Senin dinihari, saat sahur.
Kadang saya, ataupun mungkin Anda bersembunyi dengan “Sabar ada batasnya” untuk melawan hal-hal yang memojokkan kita. Tetapi penjelasan oleh Quraish Shihab dalam acara itu memberikan tuntunan bagaimana kita seharusnya merespon segala sesuatu yang membuat kita tidak bisa bersabar lagi.
Sabar memang tidak ada batasnya, tetapi respon kita lah yang ada tingkatannya. Misal seperti ini: Ada orang yang mengumpat kepada kita padahal kita tidak melakukan apapun yang bisa menjadi alasan buat dia untuk mengumpat kepada kita. Satu, dua kali mungkin tidak apa-apa, tetapi untuk ketiga kalinya kita mungkin perlu menamparnya agar dia sadar bahwa yang dia lakukan tidak benar dan tidak beralasan.
Pada contoh di atas, kita tidak hilang kesabaran. Kita hanya merespon. Nah tingkatan respon ini yang perlu kita pelajari, sehingga kita tidak merespon secara berlebihan. Bukankah Alloh tidak menyukai orang yang suka berlebih-lebihan?
Oktober 3, 2006 pukul 4:51 pm
belajar sabar itu susah..
Oktober 4, 2006 pukul 10:37 am
Belajar SUSAH itu perlu kesabaran mas Medon 😉
Oktober 5, 2006 pukul 2:54 pm
Kalau pas SUSAH juga harus sabar.. begitu kan Mas Jauhari
Desember 5, 2007 pukul 12:44 pm
“SABAR” gampang ngomongin nya susah melaksanakannya.
Desember 5, 2007 pukul 12:50 pm
@ Moslem Forever
Makanya perlu latihan dan tentu saja Niat 😀
Desember 29, 2008 pukul 6:16 pm
Kalau mau direnungkan lagi sebetul nya sabar itu Sulit tapi Mudah..Sulit krn wajar, ganjarannya Sorga. Mudah krn sabar adalah “buah”, utk dapat buah yang baik yg penting adalah merawat “akar”nya. Kalo akarnya udah di rawat ga perlu mikirin buah, ntar juga nongol sendiri…